Kita memang mesti tetap tersenyum saat mengalami kekecewaan atau ada sesuatu yang berjalan nggak sesuai seperti harapan kita. Senyum membuat kita lebih optimis dan positif menghadapi apapun. Nggak percaya?..
Mudah dipahami
Senyuman adalah ekspresi manusia paling awal yang kita ‘pelajari’. Coba deh kita tersenyum sama seorang bayi yang baru lahir, tanpa waktu lama ia akan balas tersenyum pada kita. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Dokter Amerika, bahkan bayi yang buta pun, yang belum pernah melihat senyuman, tahu caranya tersenyum!
Selain itu, senyuman juga menjadi komunikasi non-verbal (tanpa kata-kata) yang paling mudah kita pahami. Ini didukung dengan penelitian yang menunjukkan bahwa bayi akan lebih bereaksi terhadap wajah yang tersenyum, dibandingkan yang nggak. Bayi berumur 5-10 bulan saja sudah bisa membedakan mana ibu mereka dan mana yang bukan dengan cara memberikan senyuman ‘palsu’ saat didekati orang asing, tapi langsung tersenyum, girang saat didekati ibu mereka,…
Saking mudahnya meneganli senyuman, konon kita sudah bisa melihat orang tersenyum bahkan dari jarak 300 kaki sekalipun! Ini membuktikan bahwa betapa senyum menjadi alat komunikasi yang efektif dan mudah untuk menarik perhatian orang lain. Bayangkan, bila bayi saja mau menoleh melihat kita yang teresenyum, apalagi si dia? Saking penting dan menariknya sebuah senyuman, sampai ada ilmu yang namanya gelotologi yang khusus mempelajari bidang senyuman dan tawa
Senyum = Bahagia
Tersenyum akan membuat kita lebih bahagia dan ‘irit energi’. Kenapa?Secara biologis, kiata Cuma butuh 17 otot muka untuk tesenyum, tetapi kita memerlukan 42 otot muka untuk cemberut. Berarti lebih banayak energi yang terbuang untuk membuat muka kita jadi jelek kan? Selain itu, sebuah senyuman yang terhias di wajah, akan memotivasi dan memberi energi positif buat diri kita.
Bayangkan, saat mendapat nilai jelek atau mengetahui kalau gebetan kita nonton bareng cewek lain. Pasti bete-nya selangit!Biasanya, kalau sudah begini kita Cuma bisa menangis di dalam kamar, sambil menyesali diri. Sekarang coba kita ‘menghalau’ perasaan sedih itu dengan tersenyum. Nggak perlu senyuman lebar kayak M. Smiley. Menurut para ahli, ada 18 jenis senyuman untuk segala situasi, mulai dari senyum sinis sampai senyum lebar saat hati senang banget. Saat lagi bete, kita Cuma butuh senyum tulus yang nenar-benar keluar dari hati kita.
Gerakan untuk tersenyum membuat oto-otot disekitar mata dan dahi kita akan ikut tertarik ke atas. Tarikan otot ini membantu melepaskan ketegangan dari otot sekitar otak dan dahi yang kaku akibat berkonsentrasi dan berpikir keras. Tambahan lagi, proses tersenyum akan menicu zat kimia endorphin yang ada di otak. Zat ini berfungsi sebagai trigger rasa senang dan bahagia, sehingga otak bisa lebih rileks untuk mencari solusi dari masalah yang sedang kita hadapi.
Jangan asal senyum
The Power of Smile memang membawa motivasi dan semangat yang positif buat kita. Misalnya, saat kita tersandung dan jatuh di tengah-tengah lapangan, kita masih bisa tetap tersenyum miris, walau agak sediki di paksakan. Tapi senyuman yang ‘terpaksa’ ini, justru membantu kita mengatasi situasi kikuk dan memalukan akibat jatuh tadi. Dan mau nggak mau, senyum ‘terpaksa’ ini, malah meningkatkan rasa ‘pede’ kita dan lebih berani dalam mengatasi masalah.
Tapi kita juga mesti ingat bahawa senyum juga bisa disalahgunakan. Maksudnya, jangan terlalu sering memaksakan senyuman. Karena terkadang, sebuah senyuman ‘palsu’ (tidak tulus), melah membuat kita dan juga orang lain yang melihatnya, merasa tidak nyaman dan curiga. Senyuman yang tulus (dijuluki duchenne, diambul dari nama neurologist Perancis yangt pertama kali menemukan fenomena senyum tulus dan senyum palsu) membuat otot-otot di wajah, terutama disekitar mata ikut terangkat. Sementara senyum ‘palsu’ suma membuat otot mulut saja yang bergerak.
Jadi tersenyumlah saat kita ingin dan butuh tersenyum.
No Comments
.
